DERMATITIS - ILMU KEPERAWATAN
Headlines News :

Laskar Keperawatan

!
Home » » DERMATITIS

DERMATITIS

Written By Unknown on Monday, 18 March 2013 | 01:09

 
2.1 ANATOMI FISIOLOGI
Kulit adalah organ yang sangat penting untuk mengetahui tingkat kesehatan seseorang. Kulit yang sehat mencerminkan kebersihan, status gizi, dan status emosi/psikologis seseorang. Oleh karena itu integument/kulit perlu mendapatkan perhatian yang cukup besar. Kulit mepunyai tiga lapisan utama : Epidermis , Dermis dan Jaringan sub kutis. Epidermis ( lapisan luar ) tersusun dari beberapa lapisan tipis yang mengalami tahap diferensiasi pematangan. Kulit ini melapisi dan melindungi organ di bawahnya terhadap kehilangan air , cedera mekanik atau kimia dan mencegah masuknya mikroorganisme penyebab penyakit. Lapisan paling dalam epidermis membentuk sel – sel baru yang bermigrasi kearah permukaan luar kulit. Epidermis terdalam juga menutup luka dan mengembalikan integritas kulit sel – sel khusus yang disebut melanosit dapat ditemukan dalam epidermis. Mereka memproduksi melanin , pigmen gelap kulit. Orang berkulit lebih gelap mempunyai lebih banyak melanosit aktif ( Syaifuddin , 1997)
2.1.1 Lapisan-lapisan kulit terdiri dari : Epidermis, terdiri dari 5 lapisan yaitu :
1. Stratum Korneum Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati dan mengandung zat keratin.
2. Stratum Lusidum Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel – sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir – butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
3. Stratum Granulosum Stratum ini terdiri dari sel – sel pipih. Dalam sitoplasma terdapat butir–butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin.
4. Stratum Spinosum / Stratum Akantosum Lapisan yang paling tebal.
5. Stratum Basal / Germinativum Stratum germinativum menggantikan sel – sel yang diatasnya dan merupakan sel – sel induk. Dermis terdiri dari 2 lapisan : 1. Bagian atas, papilaris ( stratum papilaris ) 2. Bagian bawah, retikularis ( stratum retikularis ) Kedua jaringan tersebut terdiri dari jaringan ikat longgar yang tersusun dari serabut-serabut kolagen, serabut elastis dan serabut retikulus. Serabut kolagen untuk memberikan kekuatan pada kulit. Serabut elastis memberikan kelenturan pada kulit. Retikulus terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat tersebut. Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis.
2.1.2 Fungsi Kulit
1. Proteksi
2. Pengatur suhu
3. Absorbsi
4. Pembentukan pigmen
5. Eksresi
6. Keratinisasi
7. Sensasi
8. Pembentukan vit D (Syaifuddin, 1997)

2.2 Dermatitis
2.2.1 Pengertian
Dermatitis merupakan epidermo-dermatitis dengan gejala subyektif pruritus. Obyektif tanpa inflamasi eritema, vesikulasi, eksudasi dan pembentukan sisik. Tanda-tanda polimorfi tersebut tidak selalu timbul pada saat-saat yang sama. Penyakit bertendensi residif dan menjadi kronis. Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik).
2.2.2 Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (misalnya detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (misalnya sinar, suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur), serta dapat pula dari dalam (endogen), misalnya genetik dan imunologi. Sebagian lain tidak diketahui etiologinya yang pasti.
2.2.3 Manifestasi klinis
Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit. Penyebarannya dapat setempat, generalisata, dan universalis. Pada stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikula atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah (madidans). Stadium sub akut, eritema dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta. Sedangkan pada stadium kronis lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul, dan likenifikasi, mungkin juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja suatu dermatitis sejak awal memberikan gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis. Demikian pula jenis efloresensi tidak selalu harus polimorfik, mungkin hanya oligomorfik (Adhi, 2007).
2.2.4 Dermatitis atopik
1. Pengertian
Dermatitis Atopik adalah suatu peradangan menahun pada lapisan atas kulit yang menyebabkan rasa gatal; seringkali terjadi pada penderita rinitis alergika atau penderita asma dan pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang menderita rinitis alergika atau asma ( www.Indonesiaindonesia.com. 2010). Dermatitis Atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (dermatitis atopik, rhinitis, alergik, dan atau asma bronkhial) (Adhi, 2007).
2. Etiologi
Penderita dermatitis atopik biasanya juga memiliki penyakit alergi lainnya. Hubungan antara dermatitis dan penyakit alergi tersebut tidak jelas; beberapa penderita memiliki kecenderungan yang sifatnya diturunkan untuk menghasilkan antibodi secara berlebihan (misalnya immunoglobulin E) sebagai respon terhadap sejumlah rangsangan yang berbeda. Berbagai keadaan yang bisa memperburuk dermatitis atopic, stres emosional, perubahan suhu atau kelembaban udara, infeksi kulit oleh bakteri, Kontak dengan bahan pakaian yang bersifat iritan (terutama wol). Pada beberapa anak-anak, alergi makanan bisa memicu terjadinya dermatitis atopic.
3. Manifestasi Klinik
Dermatitis atopik kadang muncul pada beberapa bulan pertama setelah bayi lahir. Pada wajah, kulit kepala, daerah yang tertutup popok, tangan, lengan, kaki atau tungkai bayi terbentuk ruam berkeropeng yang berwarna merah dan berair. Dermatitis seringkali menghilang pada usia 3-4 tahun, meskipun biasanya akan muncul kembali. Pada anak-anak dan dewasa, ruam seringkali muncul dan kambuh kembali hanya pada 1 atau beberapa daerah, terutama lengan atas, sikut bagian depan atau di belakang lutut. Warna, intensitas dan lokasi dari ruam bervariasi, tetapi selalu menimbulkan gatal-gatal. Rasa gatal seringkali menyebabkan penggarukan yang tak terkendali sehingga penyakitnya semakin buruk. Penggarukan dan penggosokan juga bisa merobek kulit dan menciptakan jalan masuk untuk bakteri sehingga terjadi infeksi (www.medicastore.com). Gambar 2.5.1 Dermatitis Atopik
4. Patofisiologi
Gangguan imunologi yang menonjol pada dermatitis atopik adalah adanya peningkatan produksi IgE karena aktivitas limfosit T yang meningkat. Aktivitas limfosit meningkat karena pengaruh dari IL-4. Sementara itu, produksi IL-4 dipengaruhi oleh aktivitas sel T Helper. Sel TH2 akan merangsang sel B untuk memproduksi IgE. Sitokin dihasilkan IL-2 dan IL-4. Jadi, pada dermatitis atopik, TH2 mempunyai peran yang menonjol pada proses patogenesis dermatitis atopik (Adhi, 2007). Sel T yang teraktivasi di kulit juga akan menginduksi apoptosis keratinosit, sehingga terjadi spongiosis. Proses ini diperantarai oleh IFN-γ yang dilepaskan sel T teraktivasi dan meninggalkan Fas dalam keratinosit (Adhi, 2007).
5. Komplikasi
Infeksi kulit oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai terutama staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks. Pengidap penyakit ini sebaiknya menghindari inokulasi virus hidup yang dilemahkan.
6. Diagnosis
Diagnosis DA ditegakkan berdasarkan didapatkan sekurang-kurangnya 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor dari kriteria diagnosis menurut Hanifin dan Rayka yaitu : Kriteria mayor : Pruritis Morfologi dan distribusi khas Didapatkan dermatitis kronik dan sering kambuh Riwayat atopik Kriteria minor : Xerosis, iktiosis, reaksi alergi tipe 1, kenaikan kadar IgE, infeksi kulit, timbul pada usia muda, dermatitis pada tangan, dermatitis pada puting susu, kheilitis, konjungtivitis yang rekuren, kerutan kulit pada daerah infra orbital, keratokonus, kepucatan dan kemerahan pada muka, ptiriasis alba, gatal pada waktu berkeringat.
7. Penatalaksanaan
Diet Penatalaksanaan diet pada dermatitis atopik masih merupakan masalah yang kontroversional. Alergi makanan yang signifikan, tidak diketahui sebagai penyebab dari dermatitis atopik atau berapa persentase dari klien dermatitis atopik yang mempunyai alergi terhadap makanan. Alergen yang paling umum yang sering muncul adalah telur, susu sapi, kedelai, gandum, kacang-kacangan, dan ikan. Alergen yang telah diketahui ini harus dihindari. Perawataan harus dilakukan untuk menghindari terjadinya malnutrisi ketika melakukan pembatasan diet apa saja. Menghindari faktor penyebab eksaserbasi antara lain : menjaga agar kulit tidak kering misalnya mencegah perubahan suhu yang mendadak, mencegah udara dengan kelembaban yang rendah, mencagah terlalu sering disabun, dan menggunakan sabun pH netral dan pelembab. Hal ini disebabkan kulit yang kering meningkatkan rasa gatal. Diusahakan agar penderita tidak menggaruk kulit, menghindari pemakaian wool atau pakaian yang terlalu ketat, mengendalikan emosi, diet (makanan yang menimbulkan kekambuhan).
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Ilmu Dasar Keperawatan | Laskar Keperawatan
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. ILMU KEPERAWATAN - All Rights Reserved
Original Design by Creating Website Modified by Adiknya