2.1
Konsep
Asuhan Keperawatan
2.1.1
Pengkajian
1. Data fokus.
Aktifitas dan
istirahat : kelumpuhan otot terjadi kelemahan selama syok
spinal
Sirkulasi :
berdebar-debar, pusing saat melakukan perubahan posisi, hipotensi, bradikardia
ekstremitas dingin atau pucat
Eliminasi :
inkontenensia defekasi dan berkemih, retensi urine, distensi perut, peristaltik
usus hilang
Integritas ego :
menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut cemas, gelisah dan menarik
diri.
Pola makan :
mengalami distensi perut, peristaltik usus hilang
Pola kebersihan
diri :
sangat ketergantungan dalam melakukan ADL
Neurosensori :
kesemutan, rasa terbakar pada lengan atau kaki, paralisis flasid, hilangnya
sensai dan hilangnya tonus otot, hilangnya reflek, perubahan reaksi pupil,
ptosis.
Nyeri/kenyamanan
:
nyeri tekan otot, hiperestesi tepat diatas daerah trauma, dan mengalami
deformitas pada derah trauma.
Pernapasan :
napas pendek, ada ronkhi, pucat, sianosis
Keamanan :
suhu yang naik turun
2. Pemeriksaan
diagnostik
Sinar x spinal :
menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur atau dislok)
CT scan : untuk
menentukan tempat luka/jejas
MRI : untuk mengidentifikasi
kerusakan syaraf spinal
Foto rongent
thorak : mengetahui keadaan paru
AGD :
menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi
Diagnosa
keperawatan dan Perencanaan :
1.
Pola napas tidak efektif berhubungan
dengan kelumpuhan otot diafragma
Tujuan perawatan
: pola nafas efektif setelah diberikan oksigen
Kriteria hasil :
ventilasi adekuat, PaO2 > 80, PaCo2 < 45, rr = 16-20 x/mt, tanda sianosis
–
Intervensi
keperawatan :
- Pertahankan jalan nafas; posisi kepala tanpa gerak. Rasional : pasien dengan cedera cervicalis akan membutuhkan bantuan untuk mencegah aspirasi/ mempertahankan jalan nafas.
- Lakukan penghisapan lendir bila perlu, catat jumlah, jenis dan karakteristik sekret. Rasional : jika batuk tidak efektif, penghisapan dibutuhkan untuk mengeluarkan sekret, dan mengurangi resiko infeksi pernapasan.
- Kaji fungsi pernapasan. Rasional : trauma pada C5-6 menyebabkan hilangnya fungsi pernapasan secara partial, karena otot pernapasan mengalami kelumpuhan.
- Auskultasi suara napas. Rasional : hipoventilasi biasanya terjadi atau menyebabkan akumulasi sekret yang berakibat pnemonia.
- Observasi warna kulit. Rasional : menggambarkan adanya kegagalan pernapasan yang memerlukan tindakan segera
- Kaji distensi perut dan spasme otot. Rasional : kelainan penuh pada perut disebabkan karena kelumpuhan diafragma
- Anjurkan pasien untuk minum minimal 2000 cc/hari. Rasional : membantu mengencerkan sekret, meningkatkan mobilisasi sekret sebagai ekspektoran.
- Lakukan pengukuran kapasitas vital, volume tidal dan kekuatan pernapasan. Rasional : menentukan fungsi otot-otot pernapasan. Pengkajian terus menerus untuk mendeteksi adanya kegagalan pernapasan.
- Pantau analisa gas darah. Rasional : untuk mengetahui adanya kelainan fungsi pertukaran gas sebagai contoh : hiperventilasi PaO2 rendah dan PaCO2 meningkat.
- Berikan oksigen dengan cara yang tepat : metode dipilih sesuai dengan keadaan isufisiensi pernapasan.
- Lakukan fisioterapi nafas. Rasional : mencegah sekret tertahan
2. Diagnosa keperawatan : kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan
Tujuan perawatan
: selama perawatan gangguan mobilisasi bisa diminimalisasi sampai cedera
diatasi dengan pembedahan.
Kriteria hasil :
tidak ada kontrakstur, kekuatan otot meningkat, pasien mampu beraktifitas
kembali secara bertahap.
Intervensi
keperawatan :
a.
Kaji secara teratur fungsi motorik.
Rasional : mengevaluasi keadaan secara umum
b.
Instruksikan pasien untuk memanggil bila
minta pertolongan. Rasional memberikan rasa aman
c.
Lakukan log rolling. Rasional : membantu
ROM secara pasif
d.
Pertahankan sendi 90 derajad terhadap
papan kaki. Rasional mencegah footdrop
e.
Ukur tekanan darah sebelum dan sesudah
log rolling. Rasional : mengetahui adanya hipotensi ortostatik
f.
Inspeksi kulit setiap hari. Rasional :
gangguan sirkulasi dan hilangnya sensai resiko tinggi kerusakan integritas
kulit.
g.
Berikan relaksan otot sesuai pesanan
seperti diazepam. Rasional : berguna untuk membatasi dan mengurangi nyeri yang
berhubungan dengan spastisitas.
3. Diagnosa keperawatan : gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan adanya cedera
Tujuan
keperawatan : rasa nyaman terpenuhi setelah diberikan perawatan dan pengobatan
Kriteria hasil :
melaporkan rasa nyerinya berkurang
Intervensi
keperawatan :
a.
Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-5.
Rasional : pasien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.
b.
Bantu pasien dalam identifikasi faktor
pencetus. Rasional : nyeri dipengaruhi oleh; kecemasan, ketegangan, suhu, distensi
kandung kemih dan berbaring lama.
c.
Berikan tindakan kenyamanan. Rasional :
memberikan rasa nayaman dengan cara membantu mengontrol nyeri.
d.
Dorong pasien menggunakan tehnik
relaksasi. Rasional : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol.
e.
Berikan obat antinyeri sesuai pesanan.
Rasional : untuk menghilangkan nyeri otot atau untuk menghilangkan kecemasan
dan meningkatkan istirahat.
4. Diagnosa keperawatan : gangguan eliminasi
alvi /konstipasi berhubungan dengan gangguan persarafan pada usus dan rektum.
Tujuan perawatan
: pasien tidak menunjukkan adanya gangguan eliminasi alvi/konstipasi
Kriteria hasil :
pasien bisa b.a.b secara teratur sehari 1 kali
Intervensi
keperawatan :
a.
Auskultasi bising usus, catat lokasi dan
karakteristiknya.Rasional : bising usus mungkin tidak ada selama syok spinal.
b.
Observasi adanya distensi perut.
c.
Catat adanya keluhan mual dan ingin
muntah, pasang NGT. Rasional : pendarahan gantrointentinal dan lambung mungkin
terjadi akibat trauma dan stress.
d.
Berikan diet seimbang TKTP cair :
meningkatkan konsistensi feces
e.
Berikan obat pencahar sesuai pesanan.
Rasional: merangsang kerja usus
5. Diagnosa keperawatan : perubahan pola
eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan syaraf perkemihan.
Tujuan perawatan
: pola eliminasi kembali normal selama perawatan
Kriteria hasil :
produksi urine 50 cc/jam, keluhan eliminasi uirine tidak ada
Intervensi
keperawatan:
a.
Kaji pola berkemih, dan catat produksi
urine tiap jam. Rasional : mengetahui fungsi ginjal
b.
Palpasi kemungkinan adanya distensi
kandung kemih.
c.
Anjurkan pasien untuk minum 2000
cc/hari. Rasional : membantu mempertahankan fungsi ginjal.
d.
Pasang dower kateter. Rasional membantu
proses pengeluaran urine
6. Diagnosa keperawatan : gangguan
integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
Tujuan
keperawatan : tidak terjadi gangguan integritas kulit selama perawatan
Kriteria hasil :
tidak ada dekibitus, kulit kering
Intervensi
keperawatan :
a.
Inspeksi seluruh lapisan kulit. Rasional
: kulit cenderung rusak karena perubahan sirkulasi perifer.
b.
Lakukan perubahan posisi sesuai pesanan:
untuk mengurangi penekanan kulit
c.
Bersihkan dan keringkan kulit. Rasional:
meningkatkan integritas kulit
d.
Jagalah tenun tetap kering. Rasional:
mengurangi resiko kelembaban kulit
e.
Berikan terapi kinetik sesuai kebutuhan
: Rasional : meningkatkan sirkulasi sistemik dan perifer dan menurunkan tekanan
pada kulit serta mengurangi kerusakan kulit.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !